Ki Hadjar Dewantara Tokoh Indonesia Perubah Orientasi Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan pada awal kemerdekaan atau periode 1945- 1950 masih berusaha menemukan sebuah sistem yang tepat guna mewujudkan bangsa Indonesia sesuai cita-cita kemer- dekaan. Usaha pendidikan pada periode ini juga harus diikuti dengan usaha-usaha yang sifatnya fisik, selain karena belum stabilnya kondisi pemerintah dan keamanan akibat masih besarnya usaha Belanda untuk menguasai kembali Indonesia, juga adanya keterbatasan fasilitas pendidikan.
Ditengah berbagai keterbatasan semua unsur pendidikan di Indonesia memahami bahwa pendidikan harus tetap berjalan.
Begitu juga dengan pemahaman beberapa tokoh yang peduli terhadap pendidikan. Bantuan beberapa tokoh yang berupa pikiran, kebijakan, maupun yang bersifat fisik dengan sukarela mereka berikan demi berjalannya usaha-usaha pendidikan.
Begitu juga dengan pemahaman beberapa tokoh yang peduli terhadap pendidikan. Bantuan beberapa tokoh yang berupa pikiran, kebijakan, maupun yang bersifat fisik dengan sukarela mereka berikan demi berjalannya usaha-usaha pendidikan.
Salah satu di antara berbagai tokoh tersebut yang dianggap memiliki peranan penting terselenggaranya pen- didikan di awal kemerdekaan adalah Ki Hadjar Dewantara.
Perananya yang besar dapat mewakili berbagai tokoh pen- didikan lainnya. Selain itu ide-ide dan gagasanya mencermin- kan semangat nasionalisme yang besar untuk segera ditanam- kan dalam setiap lapisan masyarakat di negara yang baru saja merdeka.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 18 Mei 1889 sebagai putra dari KPH Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III. Nama aslinya adalah: R.M. Suwardi Suryaningrat dan pada usia 39 tahun dia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Perananya yang besar dapat mewakili berbagai tokoh pen- didikan lainnya. Selain itu ide-ide dan gagasanya mencermin- kan semangat nasionalisme yang besar untuk segera ditanam- kan dalam setiap lapisan masyarakat di negara yang baru saja merdeka.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 18 Mei 1889 sebagai putra dari KPH Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III. Nama aslinya adalah: R.M. Suwardi Suryaningrat dan pada usia 39 tahun dia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara yang merupakan golongan bangsawan lebih memilih kehidupan di luar kraton untuk melakukan perjuangan melawan penjajah melalui pendidikan. Lebih dari separuh hidupnya diabdikan bagi pendidikan di Indonesia sejak masa penjajahan hingga kemerdekaan.
Sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran untuk memajukan pendidikan nasional.
Sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran untuk memajukan pendidikan nasional.
Perjuangannya dalam memajukan pendidikan nasional berawal dari keprihatinan Ki Hadjar Dewantara pada rakyat Indonesia yang pada saat itu berada dalam penjajahan bangsa Belanda.
Alasan sederhana yang muncul dalam pemikirannya adalah jika semakin cerdas masyarakat pribumi maka kesadar- an akan kemerdekaan semakin tumbuh.
Keprihatinan Ki Hadjar Dewantara diwujudkan melalui pengabdiannya dalam memajukan pendidikan khususnya bagi masyarakat pribumi.
Latar belakang pendidikan Ki Hadjar Dewantara pernah menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School dan sempat menempuh pendidikan kedokteran bumiputera di STOVIA meskipun tidak dapat menyelesaikannya.
Latar belakang pendidikan Ki Hadjar Dewantara pernah menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School dan sempat menempuh pendidikan kedokteran bumiputera di STOVIA meskipun tidak dapat menyelesaikannya.
Pernah menempuh pendidikan di sekolah pemerintah Hindia Belanda justru menjadikan Ki Hadjar Dewantara semakin bersikap nasionalis. Awalnya Ki Hadjar Dewantara melakukan perjuang- an melawan penjajah melalui jalan politik, namun ketika menjalani hukuman buang di Belanda periode 1913-19193 Ki Hadjar Dewantara menyadari perlunya menyadarkan pola pikir masyarakat pribumi untuk melepaskan diri dari penjajah- an Belanda.
Jalan yang diambil oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menyadarkan masyarakat pribumi adalah melalui pendidikan.
Bentuk perjuanganya dalam lapangan pendidikan sudah dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Sementara pada masa kemerdekaan, jasa Ki Hadjar Dewantara pada lapangan pendidikan juga tidak dapat dikatakan sedikit.
Bentuk perjuanganya dalam lapangan pendidikan sudah dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Sementara pada masa kemerdekaan, jasa Ki Hadjar Dewantara pada lapangan pendidikan juga tidak dapat dikatakan sedikit.
Tanggal 19 Agustus 1945, Ki Hadjar Dewantara diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pendidikan yang pertama. Surat Keputusan pengangkatannya tertanggal 19 Agustus 1945.
Sebagai Menteri Pendidikan pertama ditengah masih sulitnya usaha-usaha penyelenggaraan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dengan inisiatifnya mengeluarkan instruksi atau pedoman umum pada 29 September 1945.
Sebagai Menteri Pendidikan pertama ditengah masih sulitnya usaha-usaha penyelenggaraan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dengan inisiatifnya mengeluarkan instruksi atau pedoman umum pada 29 September 1945.
Instruksi ini dikeluarkan bagi pemimpin kantor pengajaran di seluruh Jawa, para Kepala Sekolah dan guru-guru baik daripada sekolah negeri maupun partikelir di daerah-daerah di seluruh Jawa.
Inti dari instruksi ini adalah agar pendidikan diselenggarakan berdasarkan rasa cinta tanah air serta dihapuskannya usaha- usaha pendidikan yang bersifat indoktrinisasi Jepang. Jabatannya sebagai Menteri Pendidikan berlaku sejak 19 Agustus 1945 sampai 15 November 1945.
Inti dari instruksi ini adalah agar pendidikan diselenggarakan berdasarkan rasa cinta tanah air serta dihapuskannya usaha- usaha pendidikan yang bersifat indoktrinisasi Jepang. Jabatannya sebagai Menteri Pendidikan berlaku sejak 19 Agustus 1945 sampai 15 November 1945.
Surat Keputusan pemberhentiannya dikeluarkan oleh Presiden Soekarno tertanggal 15 November 1945.6 Tidak lagi menjadi Menteri Pendidikan bukan berarti menjadikan peranan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan berhenti di situ.
Tanggal 15 Febuari 1946 Ki Hadjar Dewantara mendapatkan telegram dari Menteri Pendidikan yang ada di Jakarta untuk segera membentuk “Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran.
Tujuan dibentuknya panitia ini diharapkan mampu melakukan tinjauan pada penyelenggaraan pendidikan, agar pembaharuan pendidikan segera dapat terwujud.
Panitia ini diketuai oleh Ki Hadjar Dewantara. Adapun hasil dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran berupa analisis dan usulan kepada pemerintah untuk segera menyelenggarakan pendidikan langsung di bawah pengawasan pemerintah akan tetapi juga memberi kesempatan bagi sekolah-sekolah parti- kelir untuk menyelenggrakan pendidikan dengan pengawasan pemerintah. Selain itu juga terdapat hal-hal mengenai susunan sekolah, bahasa pengantar, dan biaya pendidikan.
Setelah menyerahkan laporannya kepada Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (P.P. dan K),9 kemudian panitia ini dibubarkan.
Panitia ini diketuai oleh Ki Hadjar Dewantara. Adapun hasil dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran berupa analisis dan usulan kepada pemerintah untuk segera menyelenggarakan pendidikan langsung di bawah pengawasan pemerintah akan tetapi juga memberi kesempatan bagi sekolah-sekolah parti- kelir untuk menyelenggrakan pendidikan dengan pengawasan pemerintah. Selain itu juga terdapat hal-hal mengenai susunan sekolah, bahasa pengantar, dan biaya pendidikan.
Setelah menyerahkan laporannya kepada Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (P.P. dan K),9 kemudian panitia ini dibubarkan.
Sebagai tindak lanjutnya kemudian Kementerian P.P. dan K pada tahun yang sama membentuk “Pantia Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran”. Panitia ini juga diketuai oleh Ki Hadjar Dewantara.
Tugas dari panitia ini adalah mengkaji setiap usulan yang ada dalam lapangan pendidikan untuk menyusun suatu Undang-Undang pendidikan sebagai bentuk nyata dalam pembaharuan pendidikan.
Setelah Kongres Pendidikan II yang diadakan pada 1948 menjadi semakin bertambah bahan bagi Pantia Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Hasil rancangan dari panitia ini kemudian diajukan kepada Kementerian P.P. dan K sebagai resolusi penyusunan Undang- Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Hingga akhirnya pemerintah pada tahun 1950 mengeluarkan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran (UUPP) No. 4 Tahun 1950 sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
Undang-undang ini menjadi penting karena merupakan undang-undang organik pertama tentang pendidikan yang diturunkan berdasarkan UUD 1945 pasal 31. Inti dari undang- undang ini adalah merubah orientasi pendidikan yang bersifat kolonial menjadi pendidikan yang bersifat nasionalis. Secara garis besar, pemikiran Ki Hadjar Dewantara benar-benar tercurahkan dalam pembentukan undang-undang ini.
Setelah Kongres Pendidikan II yang diadakan pada 1948 menjadi semakin bertambah bahan bagi Pantia Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Hasil rancangan dari panitia ini kemudian diajukan kepada Kementerian P.P. dan K sebagai resolusi penyusunan Undang- Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Hingga akhirnya pemerintah pada tahun 1950 mengeluarkan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran (UUPP) No. 4 Tahun 1950 sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
Undang-undang ini menjadi penting karena merupakan undang-undang organik pertama tentang pendidikan yang diturunkan berdasarkan UUD 1945 pasal 31. Inti dari undang- undang ini adalah merubah orientasi pendidikan yang bersifat kolonial menjadi pendidikan yang bersifat nasionalis. Secara garis besar, pemikiran Ki Hadjar Dewantara benar-benar tercurahkan dalam pembentukan undang-undang ini.
Wajar saja jika undang-undang ini disakralkan pada saat itu sebagai undang-undang pokok pendidikan, dengan harapan semangat nasionalisme dapat tertanamkan melalui pendidikan. Hal ini lah yang menjadikan peranan Ki Hadjar Dewantara sangat besar dalam pendidikan periode awal kemerdekaan, karena tugas terberat pada lapangan pendidikan pada saat itu adalah merubah orientasi pendidikan kolonial menjadi pendidikan nasionalis.
Peranan Ki Hadjar Dewantara pada periode 1945-1950 dalam dunia pendidikan tidak hanya sekadar membantu peme- rintah dalam pengambilan kebijakan. Ki Hadjar Dewantara juga pernah diangkat sebagai dosen di Akademi Pertanian Yogyakarta.
Peranan Ki Hadjar Dewantara pada periode 1945-1950 dalam dunia pendidikan tidak hanya sekadar membantu peme- rintah dalam pengambilan kebijakan. Ki Hadjar Dewantara juga pernah diangkat sebagai dosen di Akademi Pertanian Yogyakarta.
Sesuai dengan Surat Keputusan Kementrian Kemakmuran no. 516/Per tertanggal 24 Februari 1947 yang menyatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai dosen Akademi Pertanian di Yogyakarta terhitung mulai tanggal 1 Februari 1947 dengan honorium sesuai yang telah ditetapkan.
Sebagai dosen Ki Hadjar Dewantara bertugas memberikan pelajaran tentang Ilmu Jiwa di akademi tersebut.
Selain menjadi dosen dan membantu Kementerian P.P. dan K dalam pengambilan kebijakan, Ki Hadjar Dewantara juga pernah diangkat oleh Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta.
Selain menjadi dosen dan membantu Kementerian P.P. dan K dalam pengambilan kebijakan, Ki Hadjar Dewantara juga pernah diangkat oleh Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta.
Surat Keputusan Kementerian Agama no. C. 108/L.2 tanggal 9 April 1947 yang berisi pengangkatan Ki Hadjar Dewantara yang mulai bertugas terhitung tanggal 10 April 1947.
Tugas Ki Hadjar Dewantara dalam majelis ini adalah untuk mempertimbangkan sifat dan bentuk tentang isi pengajaran agama Islam bagi Sekolah-Sekolah Rakyat Negeri.
Ki Hadjar Dewantara memiliki peranan besar bagi pendidikan di Indonesia khususnya pada awal kemerdekaan. Jasa-jasanya baik dalam bentuk tulisan, pemikiran, ataupun kebijakan merupakan warisan yang berharga bagi terciptanya pendidikan sesuai cita-cita kemerdekaan.
Pada hakikatnya sumbangan yang dia berikan bagi pendidikan adalah sebagai bentuk pengabdianya kepada bangsa Indonesia.