Inilah Tokoh Pluralisme Santri Muhammad Ainun Najib
pluralisme santri. kenalilah tokoh yang satu ini, tokoh pluralisme dari kota santri. Pluralisme sendiri terbagi menjadi 2 kata yaitu "Plural" yang artinya beragam dan Isme berarti "Paham" Jika disatukan menjadi "Paham Atas Keberagaman".
Pluralisme Juga dapat diartikan sebagai kesediaan menerima keberagaman atau Pluralitas, maksudnya adalah hidup secara toleran yang didalamnya terdapat "Sikap dan Sifat Membiarkan, Membolehkan, dan Menghargai," atau (bersifat dan bersikap menenggang).
Singkat Cerita Pluralisme Ini adalah cenderung menuju atau bermuara pada perbuatan mengakui atau pengakuan atas kebebasan dan keberagaman, misalnya kebebasan berpikir, kebebasan beragama, kebebasan mencari informasi atau berita, kebebasan berpendapat dan lain sebagainya.
Nah dari pengertian dapat disimpulkan bahwa Pluralisme memiliki makna atau bersifat bagus "Tidak bersifat Negatif/Buruk". bisa dibayangkan seperti apa orang yang memiliki sifat, karakter dan menjunjung tinggi Pluralisme khususnya dari santri.
Sudahkan tahu? jika ada tokoh pluralisme santri di indonesia? atau tokoh pluralisme dari kota santri? jika penasaran, dibawah ini akan diulas mengenai sosok dan tokoh pluralisme santri yang terkenal di negara republik indonesia dikenal dengan nama CAK NUN.
Muhammad Ainun Najib atau Emha Ainun Najib lebih dikenal dengan nama Cak Nun. Beliau merupakan tokoh intelektual Islam dan disebut sebagai kyainya kyai.
Ia dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 (umur 63). Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya almarhum MA Lathif, adalah seorang petani.
Dia mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo.
Namun, dikeluarkan karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat.
Sempat melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, tapi hanya berakhir di semester 1. Istrinya saat ini adalah Novia Kolopaking, seorang seniman film, panggung, serta penyanyi.
Dalam berbagai kegiatan, Cak Nun terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang memadu- kan sekaligus merangkum dinamika kesenian, sosial, agama, pendidikan politik, dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayanannya bertujuan untuk menumbuhkan potensialitas rakyat.
Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas masyarakat Padhangmbulan Jombang, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah Nusantara rata-rata 10-15 kali perbulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di luar gedung.
Dalam berbagai forum komunitas Padhang Bulan, pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.
Ia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual.
Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah.
Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan Gamelan Kiai Kanjeng di taman budaya, Masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah.
Selain itu, ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki.
Kenduri Cinta merupakan salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas dengan sangat terbuka, nonpartisipan, ringan,
dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah berlangsung selama 10 tahun.
Ia juga mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat Yogyakarta, gambang Syafaat Semarang, Bnagbang Wetan Surabaya,
Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lagi yang bersifat tentatif namun sering seperti Bandung, Obro Ilahi Malang, Bali, dan Hongkong.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi,
metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta solusi-solusi masalah masyarakat.
Beliau merupakan seniman yang cukup populer dan mempunyai bermacam-macam karya seperti:
1. Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ‘raja’ Soeharto)
2. Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan)
3. Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern)
4. Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern), dan masih banyak lagi seperti esai, puisi, dan film.
Sekian Artikel Tentang Tokoh Pluralisme Indonesia Dari Kota Santri Muhammad Ainun Najib " Cak Nun" semoga dapat bermanfaat, terimakasih.
Pluralisme Juga dapat diartikan sebagai kesediaan menerima keberagaman atau Pluralitas, maksudnya adalah hidup secara toleran yang didalamnya terdapat "Sikap dan Sifat Membiarkan, Membolehkan, dan Menghargai," atau (bersifat dan bersikap menenggang).
Singkat Cerita Pluralisme Ini adalah cenderung menuju atau bermuara pada perbuatan mengakui atau pengakuan atas kebebasan dan keberagaman, misalnya kebebasan berpikir, kebebasan beragama, kebebasan mencari informasi atau berita, kebebasan berpendapat dan lain sebagainya.
Nah dari pengertian dapat disimpulkan bahwa Pluralisme memiliki makna atau bersifat bagus "Tidak bersifat Negatif/Buruk". bisa dibayangkan seperti apa orang yang memiliki sifat, karakter dan menjunjung tinggi Pluralisme khususnya dari santri.
Sudahkan tahu? jika ada tokoh pluralisme santri di indonesia? atau tokoh pluralisme dari kota santri? jika penasaran, dibawah ini akan diulas mengenai sosok dan tokoh pluralisme santri yang terkenal di negara republik indonesia dikenal dengan nama CAK NUN.
Muhammad Ainun Najib atau Emha Ainun Najib lebih dikenal dengan nama Cak Nun. Beliau merupakan tokoh intelektual Islam dan disebut sebagai kyainya kyai.
Ia dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 (umur 63). Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya almarhum MA Lathif, adalah seorang petani.
Dia mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo.
Namun, dikeluarkan karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat.
Sempat melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, tapi hanya berakhir di semester 1. Istrinya saat ini adalah Novia Kolopaking, seorang seniman film, panggung, serta penyanyi.
Dalam berbagai kegiatan, Cak Nun terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang memadu- kan sekaligus merangkum dinamika kesenian, sosial, agama, pendidikan politik, dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayanannya bertujuan untuk menumbuhkan potensialitas rakyat.
Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas masyarakat Padhangmbulan Jombang, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah Nusantara rata-rata 10-15 kali perbulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di luar gedung.
![]() |
Foto: Tokoh Pluralisme Santri Muhammad Ainun Najib (Referensi Pihak Ketiga) |
Dalam berbagai forum komunitas Padhang Bulan, pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.
Ia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual.
Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah.
Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan Gamelan Kiai Kanjeng di taman budaya, Masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah.
Selain itu, ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki.
Kenduri Cinta merupakan salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas dengan sangat terbuka, nonpartisipan, ringan,
dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah berlangsung selama 10 tahun.
Ia juga mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat Yogyakarta, gambang Syafaat Semarang, Bnagbang Wetan Surabaya,
Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lagi yang bersifat tentatif namun sering seperti Bandung, Obro Ilahi Malang, Bali, dan Hongkong.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi,
metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta solusi-solusi masalah masyarakat.
![]() |
Foto : Referensi Pihak Ketiga |
Beliau merupakan seniman yang cukup populer dan mempunyai bermacam-macam karya seperti:
1. Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ‘raja’ Soeharto)
2. Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan)
3. Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern)
4. Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern), dan masih banyak lagi seperti esai, puisi, dan film.
Sekian Artikel Tentang Tokoh Pluralisme Indonesia Dari Kota Santri Muhammad Ainun Najib " Cak Nun" semoga dapat bermanfaat, terimakasih.