Mengenal Drh. Yanti Penolong Harimau Sumatera
Inilah ulasan tentang Drh. Yanti, tokoh penyelamat dan penolong satwa liar "harimau sumatera". Dokter Hewan liar yang sangat pemberani dan mencintai satwa.
Sudah jarang sekali ada wanita yang memilih Profesi sebagai Dokter Hewan apa lagi hewan buas dan liar, Tapi tidak begitu bagi seorang Drh. Yanti, oleh karena kecintaan, keyakinan serta keinginan untuk melindungi, menjaga dan merawat satwa, segala cara ia lakukan.
Yang menarik dan viral Dokter Yanti, ketika sang Dokter pernah satu perahu dengan seekor harimau sumatera. bukankah itu satu hal yang sangat menyeramkan dan menakutkan bagi seorang perempuan bukan? coba anda lihat gambar di bawah ini.
Oleh karena aksinya itu Drh. Yanti di beri nama sebagai Sang Penyelamat dan Penolong harimau sumatera. ia sering mengatakan "Harimau itu memang buas, tetapi dia tidak jahat pada manusia. Dia tidak akan menyakiti manusia tanpa alasan". Keyakinan yang didasari pengetahuan dan pengalaman itu yang selalu diingat dan ditularkan Drh. Yanti ke masyarakat untuk menjaga kelestarian harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatera).
Erni Suyanti Musabine atau lebih akrab dipanggil Drh. Yanti adalah sosok dokter hewan yang dikenal oleh masyarakat melalui aksinya satu perahu dengan harimau sumatera dalam upayanya memindahkan satwa langka tersebut menuju tempat yang lebih layak.
Drh. Yanti lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada tanggal 14 September 1975. Pada usia belia Drh. Yanti bercita-cita menjadi arsitek. Namun, pandangan hidup Drh. Yanti berubah setelah beberapa kali menonton film dokumenter yang menayangkan kehidupan satwa liar.
Diawali dengan kesukaan menonton film dokumenter ini Drh. Yanti merubah haluan hidup untuk menjadi dokter hewan yang menangani satwa liar.
Drh. Yanti memperoleh gelar dokter hewan pada tahun 2002 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Setelah lulus, Drh. Yanti langsung bekerja dengan satwa liar seperti yang didambakan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu, Malang, Jawa Timur.
Di PPS Petungsewu Drh. Yanti menangani satwa liar yang disita dari perdagangan, pemeliharaan, serta perburuan satwa ilegal di wilayah Jawa Timur dan Bali, merehabilitasi hingga melepasliarkan satwa tersebut ke habitatnya.
Pada tahun 2004, Drh. Yanti meninggalkan Jawa untuk pekerjaan yang lebih besar, yaitu menjadi dokter hewan di Pusat Latihan Gajah (PLG) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.
Dari sinilah Drh. Yanti terlibat dalam penyelamatan satwa liar di Sumatera seperti gajah Sumatera, orang utan Sumatera, beruang, dan macan dahan, mungkin lebih banyak satwa liar lain yang tidak disebutkan.
Sejak tahun 2007, didasari oleh rasa suka, Drh. Yanti masuk ke dalam tim penyelamatan harimau yang disebut Tiger Protection and Conservation Unit (TPCU) atau lebih dikenal sebagai Tim Patroli Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (PHS-KS).
Bersama tim tersebut, pengalaman pertamanya berhadapan dengan harimau cukup menuai banyak kritik kendati Drh. Yanti mempertaruhkan nyawa untuk membius harimau yang terjerat tanpa perantara alat apa pun.
Kala itu, wanita yang mulai fokus sebagai juru rawat harimau menyuntikkan bius secara langsung dengan tangan, tanpa tulup ataupun senapan bius.
Risiko pasti ada terutama menghadapi satwa liar yang sedang terluka. Degup jantung meningkat, keringat keluar tanpa kendali, serta kaki dan tangan gemetar karena rasa takut tidak dihiraukan karena di hadapannya, di masa yang akan datang, jika keberanian itu tidak dimunculkan, harimau pasti akan cepat punah.
Panthera tigris Sumatera merupakan satu dari banyak satwa liar langka di Indonesia. Menurut International Union for the Conservation at Nature (IUCN), organisasi dunia yang memberi informasi serta analisis status dan ancaman spesies dalam upaya tindakan konservasi, harimau sumatera masuk dalam daftar sangat terancam punah yang berarti selangkah menuju punah di alam liar.
Pada tahun 2007, didata oleh WWF, hanya terdapat 192 ekor harimau yang masih hidup di habitatnya di Sumatera, dan setiap tahun populasi harimau terus mengalami penurunan.
Termotivasi dengan kondisi harimau Sumatera, Drh. Yanti menganalisis penyebab penurunan populasi harimau di alam liar. Menurut Drh. Yanti, penurunan populasi harimau sangat didukung oleh penyusutan hutan yang menjadi habitat harimau.
Satu hal ini membawa harimau menuju permasalahan lain seperti konflik dengan manusia, mangsa yang juga diburu manusia, memakan ternak hingga terjerat jebakan yang dibuat oleh manusia.
Upaya Drh. Yanti untuk mengurangi konflik antara harimau dengan manusia adalah dengan turun ke masyarakat memberikan rasa aman dan pendidikan mengenai tingkah laku harimau, hingga membuatkan rancangan kandang yang dapat mencegah ternak dimangsa harimau.
Kepada petugas puskeswan Drh. Yanti memberi petunjuk mengenai tindakan yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan predator terbesar di Pulau Sumatera itu.
Selain harus berhadapan dengan masyarakat dalam upaya penyelamatan harimau, Drh. Yanti juga berhadapan dengan pemburu liar. Ada suatu waktu ketika Drh. Yanti bersama tim BKSDA Bengkulu beradu cepat di tempat yang terpisah dengan pemburu, melalui perjalanan berat menembus hutan selama dua hari, untuk menyelamatkan harimau yang terkena jerat pemburu.
Perjuangan Drh. Yanti tidak cukup dengan menyelamatkan harimau dari konflik dengan manusia ataupun dari perburuan.
Tantangan terbesar adalah merehabilitasi dan membawa harimau tersebut bebas ke alam. Selama masa rehabilitasi, karena tidak ada dukungan dana yang cukup, Drh. Yanti berjuang mencari dana untuk memberi pakan dan memenuhi kebutuhan medis seperti obat.
Relasi dari dalam dan luar negeri dihubungi untuk diketuk nuraninya. Beberapa membuahkan hasil, sisanya menerima penolakan. Bahkan ada saat ketika tidak ada bantuan sama sekali dan keuangan Drh. Yanti tidak mendukung.
Saat itu Drh. Yanti terpaksa berjualan barang bekas. Semua itu demi kelangsungan hidup harimau yang berhasil diselamatkan.
Sayangnya segala upaya Drh. Yanti hingga kini baru setengah jalan. Belum ada satu pun harimau yang dilepasliarkan setelah diselamatkan. Bagi Drh. Yanti perjuangan belum selesai. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Drh. Yanti merupakan contoh nyata bahwa tekad yang kuat membuat diri bertahan dalam segala rintangan, bahkan risiko hidup-mati pun dihadapi. Tekad itu akan muncul beriringan dengan keberanian.
Di sisi lain keberanian harus dimunculkan untuk melawan ketakutan, terutama untuk melawan diri sendiri. Terkadang rintangan atau hambatan terbesar adalah diri sendiri karena ketakutan muncul dari diri sendiri.
Apalagi bila ketakutan itu muncul ketika akan melakukan hal yang tidak umum, tidak dilakukan oleh orang banyak, membius harimau yang bebas berkeliaran misal.
Sosok dokter hewan yang selama ini hanya muncul di kalangan peternak ia munculkan ke nusantara. Dokter hewan tidak hanya di kandang, tetapi ada juga yang berjuang di hutan menyelamatkan satwa yang terjerat dan hampir punah.
Harapan akan ada penerus perjuangan Drh. Yanti di rimba nusantara tentu ada. Hal itu beriringan dengan harapan satwa- satwa Indonesia terbebas dari bayang-bayang kepunahan.
Sudah jarang sekali ada wanita yang memilih Profesi sebagai Dokter Hewan apa lagi hewan buas dan liar, Tapi tidak begitu bagi seorang Drh. Yanti, oleh karena kecintaan, keyakinan serta keinginan untuk melindungi, menjaga dan merawat satwa, segala cara ia lakukan.
Yang menarik dan viral Dokter Yanti, ketika sang Dokter pernah satu perahu dengan seekor harimau sumatera. bukankah itu satu hal yang sangat menyeramkan dan menakutkan bagi seorang perempuan bukan? coba anda lihat gambar di bawah ini.
![]() |
Gambar Drh. Yanti satu perahu dengan harimau sumatera |
Oleh karena aksinya itu Drh. Yanti di beri nama sebagai Sang Penyelamat dan Penolong harimau sumatera. ia sering mengatakan "Harimau itu memang buas, tetapi dia tidak jahat pada manusia. Dia tidak akan menyakiti manusia tanpa alasan". Keyakinan yang didasari pengetahuan dan pengalaman itu yang selalu diingat dan ditularkan Drh. Yanti ke masyarakat untuk menjaga kelestarian harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatera).
Erni Suyanti Musabine atau lebih akrab dipanggil Drh. Yanti adalah sosok dokter hewan yang dikenal oleh masyarakat melalui aksinya satu perahu dengan harimau sumatera dalam upayanya memindahkan satwa langka tersebut menuju tempat yang lebih layak.
Drh. Yanti lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada tanggal 14 September 1975. Pada usia belia Drh. Yanti bercita-cita menjadi arsitek. Namun, pandangan hidup Drh. Yanti berubah setelah beberapa kali menonton film dokumenter yang menayangkan kehidupan satwa liar.
Diawali dengan kesukaan menonton film dokumenter ini Drh. Yanti merubah haluan hidup untuk menjadi dokter hewan yang menangani satwa liar.
Drh. Yanti memperoleh gelar dokter hewan pada tahun 2002 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Setelah lulus, Drh. Yanti langsung bekerja dengan satwa liar seperti yang didambakan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu, Malang, Jawa Timur.
Di PPS Petungsewu Drh. Yanti menangani satwa liar yang disita dari perdagangan, pemeliharaan, serta perburuan satwa ilegal di wilayah Jawa Timur dan Bali, merehabilitasi hingga melepasliarkan satwa tersebut ke habitatnya.
Pada tahun 2004, Drh. Yanti meninggalkan Jawa untuk pekerjaan yang lebih besar, yaitu menjadi dokter hewan di Pusat Latihan Gajah (PLG) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.
![]() |
Foto : Referensi Pihak Ketiga |
Dari sinilah Drh. Yanti terlibat dalam penyelamatan satwa liar di Sumatera seperti gajah Sumatera, orang utan Sumatera, beruang, dan macan dahan, mungkin lebih banyak satwa liar lain yang tidak disebutkan.
Sejak tahun 2007, didasari oleh rasa suka, Drh. Yanti masuk ke dalam tim penyelamatan harimau yang disebut Tiger Protection and Conservation Unit (TPCU) atau lebih dikenal sebagai Tim Patroli Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (PHS-KS).
Bersama tim tersebut, pengalaman pertamanya berhadapan dengan harimau cukup menuai banyak kritik kendati Drh. Yanti mempertaruhkan nyawa untuk membius harimau yang terjerat tanpa perantara alat apa pun.
Kala itu, wanita yang mulai fokus sebagai juru rawat harimau menyuntikkan bius secara langsung dengan tangan, tanpa tulup ataupun senapan bius.
Risiko pasti ada terutama menghadapi satwa liar yang sedang terluka. Degup jantung meningkat, keringat keluar tanpa kendali, serta kaki dan tangan gemetar karena rasa takut tidak dihiraukan karena di hadapannya, di masa yang akan datang, jika keberanian itu tidak dimunculkan, harimau pasti akan cepat punah.
![]() |
Foto : Referensi Pihak Ketiga |
Panthera tigris Sumatera merupakan satu dari banyak satwa liar langka di Indonesia. Menurut International Union for the Conservation at Nature (IUCN), organisasi dunia yang memberi informasi serta analisis status dan ancaman spesies dalam upaya tindakan konservasi, harimau sumatera masuk dalam daftar sangat terancam punah yang berarti selangkah menuju punah di alam liar.
Pada tahun 2007, didata oleh WWF, hanya terdapat 192 ekor harimau yang masih hidup di habitatnya di Sumatera, dan setiap tahun populasi harimau terus mengalami penurunan.
Termotivasi dengan kondisi harimau Sumatera, Drh. Yanti menganalisis penyebab penurunan populasi harimau di alam liar. Menurut Drh. Yanti, penurunan populasi harimau sangat didukung oleh penyusutan hutan yang menjadi habitat harimau.
Satu hal ini membawa harimau menuju permasalahan lain seperti konflik dengan manusia, mangsa yang juga diburu manusia, memakan ternak hingga terjerat jebakan yang dibuat oleh manusia.
Upaya Drh. Yanti untuk mengurangi konflik antara harimau dengan manusia adalah dengan turun ke masyarakat memberikan rasa aman dan pendidikan mengenai tingkah laku harimau, hingga membuatkan rancangan kandang yang dapat mencegah ternak dimangsa harimau.
Kepada petugas puskeswan Drh. Yanti memberi petunjuk mengenai tindakan yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan predator terbesar di Pulau Sumatera itu.
Selain harus berhadapan dengan masyarakat dalam upaya penyelamatan harimau, Drh. Yanti juga berhadapan dengan pemburu liar. Ada suatu waktu ketika Drh. Yanti bersama tim BKSDA Bengkulu beradu cepat di tempat yang terpisah dengan pemburu, melalui perjalanan berat menembus hutan selama dua hari, untuk menyelamatkan harimau yang terkena jerat pemburu.
Perjuangan Drh. Yanti tidak cukup dengan menyelamatkan harimau dari konflik dengan manusia ataupun dari perburuan.
Tantangan terbesar adalah merehabilitasi dan membawa harimau tersebut bebas ke alam. Selama masa rehabilitasi, karena tidak ada dukungan dana yang cukup, Drh. Yanti berjuang mencari dana untuk memberi pakan dan memenuhi kebutuhan medis seperti obat.
Relasi dari dalam dan luar negeri dihubungi untuk diketuk nuraninya. Beberapa membuahkan hasil, sisanya menerima penolakan. Bahkan ada saat ketika tidak ada bantuan sama sekali dan keuangan Drh. Yanti tidak mendukung.
Saat itu Drh. Yanti terpaksa berjualan barang bekas. Semua itu demi kelangsungan hidup harimau yang berhasil diselamatkan.
Sayangnya segala upaya Drh. Yanti hingga kini baru setengah jalan. Belum ada satu pun harimau yang dilepasliarkan setelah diselamatkan. Bagi Drh. Yanti perjuangan belum selesai. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
![]() |
Foto : Referensi Pihak Ketiga |
Drh. Yanti merupakan contoh nyata bahwa tekad yang kuat membuat diri bertahan dalam segala rintangan, bahkan risiko hidup-mati pun dihadapi. Tekad itu akan muncul beriringan dengan keberanian.
Di sisi lain keberanian harus dimunculkan untuk melawan ketakutan, terutama untuk melawan diri sendiri. Terkadang rintangan atau hambatan terbesar adalah diri sendiri karena ketakutan muncul dari diri sendiri.
Apalagi bila ketakutan itu muncul ketika akan melakukan hal yang tidak umum, tidak dilakukan oleh orang banyak, membius harimau yang bebas berkeliaran misal.
Sosok dokter hewan yang selama ini hanya muncul di kalangan peternak ia munculkan ke nusantara. Dokter hewan tidak hanya di kandang, tetapi ada juga yang berjuang di hutan menyelamatkan satwa yang terjerat dan hampir punah.
Harapan akan ada penerus perjuangan Drh. Yanti di rimba nusantara tentu ada. Hal itu beriringan dengan harapan satwa- satwa Indonesia terbebas dari bayang-bayang kepunahan.