Sosok Tokoh Pejuang HAM yang Pemberani di Indonesia |Munir Said Thalib
Munir Said Thalib: Sosok Pemberani Pejuang HAM di Negara Republik Indonesia
Pria yang akrab dengan sapaan Munir ini lahir dari pasangan Said Thalib dan Jamilah di Malang, Jawa Timur 8 Desember 1964.
Munir Said Thalib, Ia adalah seorang sarjana lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tahun 1990. Di kampus ia adalah seorang aktivis dan pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1998.
Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum indonesia pada tahun 1989, anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya pada tahun 1988,
Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Pada tahun 1989, Munir mulai menjadi relawan di LBH Surabaya dan mulai melakukan pembelaan bagi para korban pelanggaran HAM.
Setelah itu, ia menjabat sebagai Direktur di LBH Semarang pada 1996 dan mulai menduduki beberapa jabatan di YLBHI hingga akhirnya ia mendirikan KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan).
Dengan KontraS, ia hadir sebagai sosok yang yang membela hak-hak orang-orang yang dihilangkan secara paksa.
Kasus orang hilang mulai muncul di negeri ini pasca peristiwa 27 Juli 1996 dan Pemilu 1997. Keberanian yang disertai dengan nyali yang besar membuatnya berani untuk secara langsung berkonfrontasi dengan militer.
Tidak Tanggung-Tanggung berikut ini adalah 9 kasus yang sudah ditangani oleh sang Pejuang Ham "Munir Said Thalib" antara lain :
1. Kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak melawan pemerintahan Indonesia untuk memerdekakan Timor timur dari Indonesia pada 1992.
2. Kasus Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh oleh militer pada tahun 1994,.
3. Penasihat hukum warga Nipah, Madura, dalam kasus pembunuhan petani-petani oleh militer pada tahun 1993.
4. Penasihat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kasus kerusuhan di PT.Chief Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada tahun 1995.
5. Penasihat hukum Muhadi (sopir) yang dituduh melakukan penembakan terhadap seorang polisi di Madura, Jawa Timur pada 1994.
6. Penasihat hukum para korban dan keluarga Korban Penghilangan Orang secara paksa 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada tahun 1997 hingga 1998.
7. Penasihat hukum korban dan keluarga korban pembantaian dalam tragedi Tanjung Priok 1984 hingga 1998.
8. Penasihat hukum korban dan keluarga korban penembakan mahasiswa di Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999),
9. Penasihat hukum dan koordinator advokasi kasus-kasus pelanggaran berat HAM di Aceh, Papua, melalui Kontras, dan beberapa kasus lainnya.
Karakter yang melekat pada diri seorang Munir adalah pemberani. Akan tetapi, ia tetaplah seorang manusia normal yang punya rasa takut.
Hal ini pernah ia ungkap dalam sebuah wawancara. “Normal, sebagai orang, ya pasti ada rasa takut, nggak ada orang yang nggak takut, cuma yang coba saya temukan adalah rasionalitas terhadap rasa takut... Rasa takut ada, tapi harus diatasi.
Aku juga harus mengatasi diri sendiri. Kalau saya bilang saya dan keluarga takut, berarti si peneror berhasil menjalankan tugasnya,” tuturnya. Keberanian tersebut ia coba tularkan kepada Ibunda Yani Afri, aktivis politik yang menjadi korban penculikan rezim Soeharto.
Berkat Munir beserta tim KontraS Ibunda Yani Afri berhasil menjelma menjadi seorang ibu yang berani berorasi dan berdemo di depan pejabat pemerintah.
Berbagai hal mulia yang dilakukan Munir telah mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Di dalam negeri, ia dinobatkan sebagai Man Of The Year 1998 versi majalah UMMAT, penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan UNIBRAW yang sukses, sebagai salah seorang tokoh terkenal Indonesia pada abad XX, Majalah Forum Keadilan.
Sedangkan di luar negeri, ia dinobatkan sebagai As Leader for the Millennium dari Asia Week pada tahun 2000, The Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer, Stockholm pada Desember 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usaha-usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan, Paris, November 2000.
Senin malam tepatnya 6 September 2004, Munir terbang ke Belanda untuk mengejar cita-citanya dengan menunggang pesawat Garuda GA-974. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit.
Munir bolak- balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu.
Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun, sebelum mendarat di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir dinyatakan telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak- jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia, tetapi belum diketahui sampai sekarang siapa orang yang meracun pejuang HAM yang sangat mulia tersebut.
Referensi :
S Floriberta Aning. 2005. 100 tokoh yang mengubah Indonesia
Sekian tentang Munir Said Thalib Tokoh dan Sosok Pejuang HAM (Hak Asasi Manusia) yang sangat mulia. semoga dapat bermanfaat untuk semua terimakasih
Pria yang akrab dengan sapaan Munir ini lahir dari pasangan Said Thalib dan Jamilah di Malang, Jawa Timur 8 Desember 1964.
Munir Said Thalib, Ia adalah seorang sarjana lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tahun 1990. Di kampus ia adalah seorang aktivis dan pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1998.
![]() |
Foto : Tokoh Pejuang HAM Indonesia "Menolak Lupa " |Munir Said Thalib |
Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum indonesia pada tahun 1989, anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya pada tahun 1988,
Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Pada tahun 1989, Munir mulai menjadi relawan di LBH Surabaya dan mulai melakukan pembelaan bagi para korban pelanggaran HAM.
Setelah itu, ia menjabat sebagai Direktur di LBH Semarang pada 1996 dan mulai menduduki beberapa jabatan di YLBHI hingga akhirnya ia mendirikan KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan).
Dengan KontraS, ia hadir sebagai sosok yang yang membela hak-hak orang-orang yang dihilangkan secara paksa.
Kasus orang hilang mulai muncul di negeri ini pasca peristiwa 27 Juli 1996 dan Pemilu 1997. Keberanian yang disertai dengan nyali yang besar membuatnya berani untuk secara langsung berkonfrontasi dengan militer.
![]() |
Foto : Tokoh Pejuang HAM Indonesia |Munir Said Thalib 2 |
Tidak Tanggung-Tanggung berikut ini adalah 9 kasus yang sudah ditangani oleh sang Pejuang Ham "Munir Said Thalib" antara lain :
1. Kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak melawan pemerintahan Indonesia untuk memerdekakan Timor timur dari Indonesia pada 1992.
2. Kasus Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh oleh militer pada tahun 1994,.
3. Penasihat hukum warga Nipah, Madura, dalam kasus pembunuhan petani-petani oleh militer pada tahun 1993.
4. Penasihat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kasus kerusuhan di PT.Chief Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada tahun 1995.
5. Penasihat hukum Muhadi (sopir) yang dituduh melakukan penembakan terhadap seorang polisi di Madura, Jawa Timur pada 1994.
6. Penasihat hukum para korban dan keluarga Korban Penghilangan Orang secara paksa 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada tahun 1997 hingga 1998.
7. Penasihat hukum korban dan keluarga korban pembantaian dalam tragedi Tanjung Priok 1984 hingga 1998.
8. Penasihat hukum korban dan keluarga korban penembakan mahasiswa di Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999),
9. Penasihat hukum dan koordinator advokasi kasus-kasus pelanggaran berat HAM di Aceh, Papua, melalui Kontras, dan beberapa kasus lainnya.
Karakter yang melekat pada diri seorang Munir adalah pemberani. Akan tetapi, ia tetaplah seorang manusia normal yang punya rasa takut.
![]() |
Foto : Lukisan didinding Tokoh Pejuang HAM Indonesia |Munir Said Thalib |
Hal ini pernah ia ungkap dalam sebuah wawancara. “Normal, sebagai orang, ya pasti ada rasa takut, nggak ada orang yang nggak takut, cuma yang coba saya temukan adalah rasionalitas terhadap rasa takut... Rasa takut ada, tapi harus diatasi.
Aku juga harus mengatasi diri sendiri. Kalau saya bilang saya dan keluarga takut, berarti si peneror berhasil menjalankan tugasnya,” tuturnya. Keberanian tersebut ia coba tularkan kepada Ibunda Yani Afri, aktivis politik yang menjadi korban penculikan rezim Soeharto.
Berkat Munir beserta tim KontraS Ibunda Yani Afri berhasil menjelma menjadi seorang ibu yang berani berorasi dan berdemo di depan pejabat pemerintah.
Berbagai hal mulia yang dilakukan Munir telah mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Di dalam negeri, ia dinobatkan sebagai Man Of The Year 1998 versi majalah UMMAT, penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan UNIBRAW yang sukses, sebagai salah seorang tokoh terkenal Indonesia pada abad XX, Majalah Forum Keadilan.
Sedangkan di luar negeri, ia dinobatkan sebagai As Leader for the Millennium dari Asia Week pada tahun 2000, The Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer, Stockholm pada Desember 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usaha-usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan, Paris, November 2000.
![]() |
Foto : Lukisan didinding tembok jalan Tokoh Pejuang HAM Indonesia |Munir Said Thalib |
Senin malam tepatnya 6 September 2004, Munir terbang ke Belanda untuk mengejar cita-citanya dengan menunggang pesawat Garuda GA-974. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit.
Munir bolak- balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu.
Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun, sebelum mendarat di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir dinyatakan telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak- jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia, tetapi belum diketahui sampai sekarang siapa orang yang meracun pejuang HAM yang sangat mulia tersebut.
Referensi :
S Floriberta Aning. 2005. 100 tokoh yang mengubah Indonesia
Sekian tentang Munir Said Thalib Tokoh dan Sosok Pejuang HAM (Hak Asasi Manusia) yang sangat mulia. semoga dapat bermanfaat untuk semua terimakasih